Selasa, 22 November 2011

Jenderal Gatot Subroto

Lahir di Banyumas tahun 1907. Pendidikan ELS dan HIS di Cerebon. Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, ia bertugas selama 5 tahun di Padang Panjang, dengan pangkat Sersan kelas II.

Selanjutnya iai dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti pendidikan masose kesatuan militer dengan tugas-tugas khusus. Selesai pendidikan, ia ditempatkan di Bekasi dan Cikarang (daerah yang kala itu sering dilanda kerusuhan yang bersumber pada tindakan-tindakan para lintah darat). Dengan caranya sendiri ia berusaha membantu keluarga orang-orang yang terpaksa ditangkap dan dihukum dengan memberikan kegiatan dan gajinya untuk modal berdagang kecil-kecilan. Akibat dari tindakannya, ia mendapatkan terguran dari atasannya.

Ketika masa Pemerintahan Jepang, ia mendaftarkan diri dan masuk PETA di Bogor. Setelah menjalani pendidikan ia diangkat menjadi Komandan Kompi di Banyumas.

Tahun 1944, Kompi Gatot Subroto mengadakan latihan penjagaan pantai. Ia melihat bahwa anak buahnya sudah sangat letih. Ia meminta agar pelatih menghentikan latihan, namun tidak digubris. Ia marah dan melepaskan pedang dan atributnya sambil meninggalkan tempat latihan. "Buat apa saya jadi Komandan Kompi!" Kemudian pelatih meluluskan permintaannya dan meminta maaf serta menyerahkan pedang dan atributnya kembali.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, di Banyumas Gatoto Subroto berhasil mengambil alih kekuasaan kepolisian dan delanjutnya diangkat menjadi Kepala Kepolisian Karesidenan Banyumas.

Bersama dengan BKR ia aktif berunding dengan komandan militer Jepang dalam usaha memperoleh senjata. Setelah Pemerintah membentuk TKR di Banyumas, dibentuklah Divisi Vdengan Kol.Sudirman sebagai komandan dan Gatot Subroto menjadi Kepala Siasat. Gatot Subroto ikut mendampingi Sudirman dalam pertempuran Ambarawa. Karena prestasinya, akhirnya Gatot Subroto diangkat sebagai Komndan Devisi dengan pangkat Kolonel.

Setelah pengakuan kedaulatan, ia diserahi sebagai Panglima Tentara dan Teritorium Jawa Tengah di Semarang. Dalam kedudukan ini, ia melancarkan operasi militer untuk memulihkan keamanan yang diganggu pemberontakan DII/TII.


Tahun 1952, ia dipindahkan ke Makasar sebagai Panglima Tentara dan Teritorium VII Wirabuana. Di sini ia terlibat dalam tugas-tugas menumpas pemberontakan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) pimpinan Kahar Muzakar. Selain melaksanakan tugas tempur, Gatot Subroto pun menghimbau agar para pemberontak kembali ke dalam TNI. Hasilnya cukup menggembirakan banyak pemberontak yang sadar.

Tanggal 17 Oktober 1952, terjadi demonstrasi di depan istana. Pimpinan AD diminta kepada Presiden Soekarno agar parlemen dibubarkan. Namun tuntutan tersebut ditolak. Gatot Subroto dituduh terlibat dalam peristiwa tersebut. Kejadian itu sangat mengecewakannya sehingga ia mengundurkan diri dari dinas militer.

Tahun 1956, Pemerintah memanggilnya kembali untuk menduduki jabatan Kepala Staff AD. Dalam tugas tersebut kemudian ikut menangani pemberontakan PRRI/Permesta yang melanda daerah Sumatra dan Sulawesi Utara.

Perhatian terhadap pendidikan militer cukup besar. Ia melahirkan gagasan untuk mendirikan sebuah akademi militer gabungan yang kelak terwujud dalam bentu Akademi Militer Bersenjata Indonesia (AKABRI). Meski ia sendiri tidak sempat menyaksikannya.

Ia mencapai pangkat terakhir Let Jen dan meninggal dunia 11 Juni 1962. Karena jasa-jasanya untuk negri ini, Pemerintah memberikan Gelas Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Jika pangkat terakhir dari Gatot Subroto Let Jen, berarti Jendral yang disandangnya merupakan Jendral Penghargaan. Sungguh sangat layak bukan mengingat perannya dalam mendirikan dan menjaga negri ini! Barangkali hanya dialah yang pernah menjabat di AD dan Kepolisian dan dia juga orang yang pernah menyandang pangkat dari Sersan hingga Jenderal!

Biografi Jendral Ahmad Yani

Jenderal TNI Anumerta AChmad Yani (Purworejo, 19 Juni 1922]]-Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Pendidikan formal diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, yang diselesaikannya pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama) kelas B Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas dua, sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.


Achmad Yani kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Dari sana ia mengawali karir militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian setelah tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia juga mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Berbagai prestasi pernah diraihnya pada masa perang kemerdekaan. Achmad Yani berhasil menyita senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi, pasukan Achmad Yani yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda di daerah tersebut. Maka saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedu. Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas untuk melawan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang membuat kekacauan di daerah Jawa Tengah. Ketika itu dibentuk pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus hingga pasukan DI/TII pun berhasil dikalahkan. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, ia kembali ke Staf Angkatan Darat.

Pada tahun 1955, Achmad Yani disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Pada tahun 1956, ia juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Spesial Warfare Course di Inggris. Tahun 1958 saat pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera Barat, Achmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan berhasil menumpasnya. Hingga pada tahun 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Achmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui Pemberontakan G30S/PKI (Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Achmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965 (dinihari). Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur dan dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Achmad Yani gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkat sebelumnya sebagai Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat (sebagai penghargaan) menjadi Jenderal.



Biodata

Nama : Ahmad Yani

Riwayat hidup :

-HIS (setingkat SD) Bogor, tamat tahun 1935
-MULO (setingkat SMP) kelas B Afd. Bogor, tamat tahun 1938
-AMS (setingkat SMU) bagian B Afd. Jakarta, berhenti tahun 1940
Pendidikan Militer :
-Pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang
-Pendidikan Heiho di Magelang
-Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor
-Command and General Staf College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA, tahun 1955
-Spesial Warfare Course di Inggris, tahun 1956

Riwayat Karir

Jabatan terakhir : Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) sejak tahun 1962
Bintang Kehormatan :
-Bintang RI Kelas II
-Bintang Sakti
-Bintang Gerilya
-Bintang Sewindu Kemerdekaan I dan II
-Satyalancana Kesetyaan VII, XVI
-Satyalancana G:O.M. I dan VI
-Satyalancana Sapta Marga (PRRI)
-Satyalancana Irian Barat (Trikora)
-Ordenon Narodne Armije II Reda Yugoslavia (1958)
Tanda Penghormatan : Pahlawan Revolusi